NABILLA OFFICIAL

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis


About Me

Popular Posts

Thumbnail Recent Post

Free Guitar Red Glitter Cursors at www.totallyfreecursors.com

Flag Counter

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...


widget

Archive for Desember 2014



Kamis, 04 Desember 2014 14:40




Foto: copyright english.sina.comVemale.com - Nasib Liu Yiting memang tak seberuntung teman-teman sebayanya. Jika anak-anak lain sibuk bersekolah, Liu malah jadi penyapu jalanan membantu neneknya. Gadis yang berusia enam tahun ini bukannya tidak mau sekolah, tapi pihak sekolah lah yang tidak mau menerima dirinya. Di balik senyuman manisnya, ada kisah yang begitu pilu.

Dilansir dari shanghaiist.com, setelah kedua orang tuanya bercerai empat tahun lalu, Liu tinggal dengan kakek neneknya di Jinan. Kakek neneknya bekerja sebagai petugas kebersihan. Per bulannya uang yang bisa didapat kakek neneknya adalah 3.000 RMB (6 juta rupiah).

Liu yang turun tangan membantu neneknya menyapu jalanan. | Foto: copyright english.sina.comLiu yang turun tangan membantu neneknya menyapu jalanan. | Foto: copyright english.sina.com



Ayah Liu saat ini bekerja Shenzhen, sudah setahun lamanya. Sementara Ibu Liu sudah tak pernah lagi bisa dihubungi sejak empat tahun lalu. Dengan kondisi seperti itu, Liu jadi kesulitan untuk bisa bersekolah karena kakek neneknya tidak memiliki hak asuh atas Liu. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa kakek nenek Liu tak bisa menunjukkan dokumen jaminan sosial kedua orang tua Liu. 


Kondisi yang dialami Liu memang sudah menjadi isu serius di daerah terpinggirkan China. Orang tua yang tinggal di desa kecil biasanya tak punya pilihan lain selain pindah ke kota-kota yang lebih maju untuk mencari pekerjaan. Sementara anak mereka akan ditinggalkan di rumah untuk dirawat oleh kakek neneknya. Akibatnya, anak-anak jadi kurang kasih sayang dari orang tua mereka. Belum lagi dengan kondisi masih banyaknya kakek nenek yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak.

Meski nasibnya belum beruntung, Liu masih bisa memperlihatkan senyum manisnya saat disorot kamera. | Foto: copyright english.sina.comMeski nasibnya belum beruntung, Liu masih bisa memperlihatkan senyum manisnya saat disorot kamera. | Foto: copyright english.sina.com

Anak seusia Liu seharusnya bisa mendapatkan haknya untuk bersekolah. Meskipun nasib Liu saat ini kurang beruntung, ia masih punya semangat. Walau tinggal di rumah sempit yang tak lebih dari 10 meter persegi, Liu terlihat tetap menikmati hidupnya tanpa putus asa. Ia juga rela turun ke jalanan dan membantu kakek neneknya membersihkan daun-daun berguguran.

Dan, lihatlah senyum gadis cilik ini. Meskipun harus ikut bekerja keras, ia tetap melemparkan senyuman manis saat disorot kamera. Ladies, have you smiled today?


Keterbatasan tak menghalanginya untuk menyelesaikan sekolahnya di Ampshire Country School di Rindge, New Hampshire, dan melanjutkan belajar ke universitas.
 - Sebagai penyandang sindrom Asperger atau autis, Temple Grandin telah membuktikan dibalik kekurangannya ia bisa meraih kesuksesan. Ia berhasil meraih gelar PhD jurusan Pengetahuan Binatang, hal itu membuka harapan bagi penyandang lainnya untuk terus berjuang meraih impian.
Kelahiran Boston, Massachusetts pada 29 Agustus 1947 ini sudah mengalami kerusakan otak sejak usia 2 tahun. Orangtua Temple memasukannya ke sekolah bermain dan belajar bermaksud untuk mengembangkan potemsi yang dimiliki Temple. Namun di usianya yang ke 3 tahun Temple resmi dinyatakan sebagai peyandang Autis.
Kondisi Temple yang kian memprihatinkan membuat kedua orantua Temple berkonsultasi pada dokter. Terapis yang bertugas menjaga dan mengajak Temple bermain terkadang kewalahan saat ia mengamuk, namun saat itulah seorang terapis mengambil hati Temple dan mengendalika emosinya.
Secara rutin Temple mengkonsumsi obat-obatan anti depresi. Kondisinya berangsur-angsur semakin membaik semua itu berkat dukungan orangtua dan pengajar di sekolahnya. Di usianya yang ke 18 Temple terus mengembangkan potensi yang ia miliki.
Keterbatasan tak menghalanginya untuk menyelesaikan sekolahnya di Hampshire Country School di Rindge, New Hampshire, dan melanjutkan belajar ke universitas. Dia berhasil meraih gelar sarjana jurusan psikologi dari Franklin Pierce College pada tahun 1970, gelar master jurusan pengetahuan binatang dari Arizona State University pada tahun 1975, dan gelar doktor atau PhD jurusan pengetahuan binatang dari University of Illinois di Urbana Champaign pada 


Saat ini superbugs, atau infeksi yang kebal terhadap obat, barangkali masih jarang diketahui oleh banyak orang. Banyak kasus superbugs yang terjadi di luar negeri, namun tidak di Indonesia. Namun bukan berarti masyarakat Indonesia bisa mengabaikan infeksi yang satu ini. Sebab menurut penelitian terbaru, di masa depan penyakit ini bisa membunuh 10 juta orang per tahun!
Jika dokter tak bisa menemukan metode perawatan terbaru untuk infeksi superbugs ini, kemungkinan besar infeksi superbugs akan menjadi wabah dunia dan bisa menyebabkan kematian dari 700.000 hingga 10 juta warga di dunia pada tahun 2050.
Hasil ini didapatkan melalui analisis oleh KPMG dan Rand Europe. Saat ini, infeksi yang kebal terhadap obat apapun ini telah membunuh 50.000 orang per tahun di Amerika Serikat dan Eropa. Sementara di seluruh dunia infeksi ini telah membunuh sekitar 700.000 orang per tahunnya, seperti dilansir oleh Huffington Post (11/12).
Peneliti memprediksi bahwa pada tahun 2050, yang terburuk adalah semua mikroba menjadi kebal terhadap antibiotik dan itu bisa terjadi jika kekebalan mikroba saat ini meningkat hingga 40 persen.
"Berdasarkan data yang saat ini masih belum lengkap, kami memperkirakan skenario terburuk yang bisa terjadi. Karena tingginya angka kematian, kemungkinan ekonomi dunia juga akan terpengaruh, begitu juga dengan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dunia," ungkap peneliti.
Menurut prediksi mereka, bakteri E.coli dan bakteri penyebab TBC akan menjadi dua atau tiga bakteri terbesar yang menjadi kebal terhadap antibiotik. Yang ketiga adalah malaria yang disebabkan oleh parasit dan menjadi kebal terhadap perawatan jenis apapun.
Bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik karena beberapa alasan rumit, termasuk terlalu banyaknya penggunaan dan paparan antibiotik pada seseorang. Untuk mencegahnya, sebaiknya masyarakat mulai berhati-hati dengan penggunaan antibiotik mulai saat ini. Jangan terlalu mudah mengonsumsi antibiotik ketika sakit ringan.
Saat ini sekitar dua juta orang telah terinfeksi mikroba yang kebal terhadap obat. Jika dibiarkan keadaan ini bisa menular pada orang lain dan tersebar ke seluruh dunia. Saat ini peneliti juga berusaha mencari alternatif pengobatan lain selain menggunakan antibiotik.